Selasa, 28 Juli 2015

Nastar Cinta untuk Mama


credit
Bulan Ramadhan hampir berakhir dan tandanya sebentar lagi Lebaran, sudah menjadi kebiasaan Tya sekeluarga untuk mudik ke rumah nenek. Neneknya berada di dua daerah berbeda, keluarga dari Mamanya di Mojokerto dan keluarga dari Ayahnya di Bali. Tahun ini Tya mudik ke Bali terlebih dahulu karena tahun sebelumnya di Mojokerto.
Tya sangat senang dan itu terlihat dari tingkahnya selama perjalanan, di sepanjang jalan Dia menyanyikan lagu “Lebaran Sebentar lagi”, karena Ayah dan Mamanya akan memberikan kejutan kalau puasa Tya sebulan penuh meskipun masih berumur 7 tahun. Hehe. Biasa anak-anak kan butuh pemicu semangat jadi orangtua harus menyiapkan modalnya gitu.
Kurang lebih 11 jam perjalanan Malang-Bali ditempuh Keluarga Pak Yudha karena jalannya masih lengang dan tidak terlalu macet. Nenek dan Kakek menyambut kedatangan Tya dengan senyum bahagia. “Alhamdulillah, rumah Mbah ramai sekali karena anak dan cucu bisa berkumpul tahun ini J, tutur Nenek.” Dan kami membalas dengan tawa riang bersambung pelukan hangat.
“Tya puasanya kuat Nduk? Tanya kakek.” “Alhamulillah lancar kek soalnya berangkatnya setelah berbuka puasa dan sekarang pas sahur nyampai sini, Ayah pintar deh perhitungan waktunya. Hihi.”
“hmm, tapi biasa Nek ada plus-plusnya tuch puasa penuh ujung-ujungnya dompet harus berisi tebal dan baju ala miss matching dari ujung rambut hingga ujung kaki saat lebaran. Ingat kakak naitnya tetap harus karena Allah lho, nanti berkurang pahalanya, sindir Mama Tya sambil kedipin mata genitnya dan mencomol pipi Tya disambut bibir manyun Tya hingga akhirnya suasana hangat tercipta dalam ruangan 2 x 1 meter tersebut. Suasana yang jarang tercipta.”
“Oh iya, kebetulan kalian sudah kumpul. Besok nenek berencana membuat kue nastar, semprit mawar, dan semprit cokelat, jadi semakin banyak pasukan semakin banyak hasilnya, betul tidak Tya?  Rajuk nenek.”
“hmm, betul nek kalau tidak salah ada pepatah mengatakan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing dan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” yang artinya pekerjaan kalau diselesaikan dengan gotong-royong pasti terasa ringan.
“Wah, cucu kakek memang pandai, pasti juara I ya di sekolahnya? Puji kakek sambil mengacungkan dua jempolnya. Tya senyam-senyum sambil mengembang kempiskan hidungnya tanda malu.”
Pagi-pagi setelah makan sahur dan melakukan aktivitas ibadah, Tya bersemangat menunggu di dapur untuk membantu membuat kue meskipun dia belum pernah melakukan dan tidak tahu apa yang bisa dia lakukan untuk membantu, takutnya malah merusak, hmmm.
Di meja telah tersedia bahan-bahan, diantaranya: tepung terigu, telur, tepung maizena, gula, mentega, susu, dan selai nanas sebagai isinya. Alat-alatnya juga sudah tersedia timbangan kue, mixer, oven, tempat adonan, dan loyang. Mata Tya bling bling dan tangan terasa gatal ingin segera mempraktekkan.
“Nenek, kapan kita mulai membuat kue? Tangan Tya sudah gatal ingin segera memakannya, eh salah membuatnya, Tya terkekeh.”
“Iya, sekarang kita akan segera memulai. Pertama kali tentunya membuat adonan dari campuran semua bahan kecuali selai, kemudian di mixer hingga halus dan lembut, dicampurkan terigu lagi, kemudian dibentuk bulat-bulat dengan isi selai, terakhir di olesi kuning telur dan mentega supaya terlihat mengkilat dan halus, papar nenek.”
 “Tahu tidak Tya, membuat kue itu memerlukan konsentrasi, latihan, dan takaran yang pas, tentunya diikuti perasaan senang. Karena kalau kita membuat kue dalam keadaan marah, pasti kuenya gagal. Sama dengan ketika kita sekolah. Jika kita melakukan dengan senang hati dan ikhlas, pasti pelajaran mudah diterima. Sekolah juga membutuhkan konsentrasi, banyak latihan atau belajar, serta seimbang antara ilmu dunia dan akhirat agar otak kita terbiasa dengan pngetahuan yang bermanfaat bagi masa depan, tutur nenek dengan semangat perjuangan sambil menerawang masa kecil beliau yang jauh dari kata sekolah di zaman awal kemerdekaan Indonesia.”
Plok….plok….plok… Tya tebuk tangan tanda bangga dengan petuah nenek yang memang sangat bermanfaat. “Nek, Tya boleh membantu mencetak kuenya? Karena menurut Tya yang mudah mencetak…hehe..”
“Boleh, Tya mau bentuk apa? Ada bentuk Hello Kitty, hati, buah stroberi, dan bola.”
“Tya mau membuat bentuk hati saja nek, ingin Tya persembahkan special untuk orang yang Tya sayangi Karena pengorbanan dan kasih sayangya, Mama, Ayah, Kakek, dan nenek, terutama untuk MamaJ, pinta Tya dengan mengangkat beberapa cetakan berbentuk hati.
Tya mengepal adonan dan menekan bagian tengah untuk diselipi selai nanas, kemudian dimasukkan cetakan. Percobaan pertama dan kedua gagal, belepotan, dan selainya tidak tepat di tengah. Namun setelah diberi tahu caranya dan melakukan dengan sabar, kue nastar hati Tya berhasil. Selanjutnya kue damasukkan oven sampai matang.
Kue-kue nastar berbentuk hati tersebut laris manis dimakan anggota keluarga, semua gembira dengan hasil karya Tya meskipun belum rapi tapi semangat dan usahanya patut diacungi jempol. Selain itu membuat kue juga melatih motorik serta konsentrasi anak, semua saying Tya J





Tidak ada komentar: