Kamis, 19 April 2018

Contoh Makalah untuk Musabaqoh Makalah Al Qur'an (MMQ) Tembus Juara




                                               
Cover Sekolah


MUSABAQOH MAKALAH AL QURAN (MMQ)


INTERALISASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM dalam KELUARGA sebagai PILAR UTAMA KETAHANAN NASIONAL




Disusun oleh :
Laitsa Qirta Umami              (0038946473)






YAYASAN SABILAL MUHTADIN
MADRASAH TSANAWIYAH AL HIKMAH CUPEL
Jl. Pantai selatan No. 37.A Ds. Cupel Kec. Negara Kab. Jembrana Bali (82251)
TAHUN 2018


 

LEMBAR PENGESAHAN


Judul Penelitian


INTERALISASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM dalam KELUARGA sebagai PILAR UTAMA KETAHANAN NASIONAL


Penyusun:

   Laitsa Qirta Umami                       (0038946473)




Disahkan pada tanggal 15 April 2018


                                                                                                      
Pembimbing                                                               Penulis




Zaqia Nur Fajarini, S.Pd                                           Laitsa Qirta Umami                       
NIP. -                                                                    NIP. -


Mengetahui,
Kepala MTs Al Hikmah




Drs. Mohammad Sujai
              NIP. 19640104 199603 1 002









KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penelitian yang berjudul ” Interalisasi Nilai-Nilai Agama dalam Keluarga sebagai Pilar Utama Ketahanan Nasional” ini dapat sesuai dengan rencana.
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk diikut sertakan dalam lomba MTQ cabang Musabaqal Makolah Quran Tahun 2018.  Karya tulis ini memberikan gambaran tentang Pentingnya nilai Islam dalam keluarga untuk membentuk ketahanan nasional.
Karya ini tidak dapat terselesaikan tanpa kerjasama dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1.      Bapak Drs. Mohammad Sujai selaku Kepala Sekolah MTs Al Hikmah Cupel, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
2.      Ibu Zaqia Nur Fajarini, S.Pd selaku Guru Pembimbing, yang telah mengarahkan dan membimbing dalam pembuatan karya.
3.      Ayahanda dan Ibunda tercinta selaku orangtua penulis yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama melaksanakan pendidikan.
4.      Kepada sahabat-sahabat sealmamater yang selalu memberikan semangat dalam menempuh dan menyelesaikan pendidikan sehingga sampai pada penyelesaian pembuatan karya tulis ini.
Atas bantuan dari berbagai pihak, penulis serahkan hanya kepada kebesaran Allah SWT, semoga jasa-jasa baiknya mendapatkan balasan yang terbaik, Amin Ya Rabbal Alamin.

                                                                        Cupel, 15 April 2018


                                                                                    Penulis




DAFTAR ISI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara sosiologis, keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari seluruh lembaga sosial yang berkembang di masyarakat. Sebagai pusat terpenting dari kehidupan individu, keluarga berperan pertama dalam memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai. Secara struktural, keluarga adalah unit terkecil sebagai awal pendidikan tentang nilai-nilai duniawi dan akhirat bisa ditanamkan (Imanulhaq, 2017). Jika sebuah generasi sejak awal terbiasa melakukan tindakan yang baik, maka akan menjadikan dirinya sebagai generasi dengan ketahanan yang kuat dalam menghadapi tantangan dan godaan zaman globalisasi.
Keluarga diyakini sebagai awal terbentuknya dinamika sosial di tengah masyarakat. Kehadiran keluarga sebagai satu kesatuan dari suami, istri, dan anak merupakan sistem terkecil yang menghadirkan pola hubungan interpersonal dan berpengaruh terhadap hubungan secara vertikal dalam mewujudkan ketahanan nasional.
“Ketahanan Nasional (TANNAS) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan Nasional yang terintergrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemauan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negaraserta perjuangan mencapai tujuan Nasionalnya” (Ghafar, 2018).
Potret buram rapuhnya ketahanan keluarga dapat diketahui dari maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga baik antara suami dengan istri maupun orangtua dengan anak, ketidakharmonisan rumah tangga bahkan perceraian seringkali tak bisa dihindari. Indonesia menempati ranking teratas dengan jumlah perceraian tertinggi di dunia. Setidaknya 40 perceraian terjadi setiap jamnya. Dari data tersebut juga terungkap bahwa sejumlah 70,5 persen nya adalah gugat cerai (khulu’) dan angka cerai talak 29,5 persen (Taufiqurrahman, 2016). Apabila ketahanan keluarga semakin rapuh, maka akan berpengaruh terhadap ketahanan individu anak dimana mereka akan menjadi pemimpin penerus bangsa dan dalam jangka waktu panjang akan berdampak kepada rapuhnya ketahanan nasional.
Menurut perspektif Islam memandang keluarga sebagai tumpuan utama dan pertama dalam mempersiapkan generasi penerus peradaban. Setiap keluarga berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya dengan landasan keimanan dan ketaqwaan, serta kepatuhan dalam menjalankan nilai-nilai ajaran agama-nya. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS At Tahrim: 6).

Berdasarkan semua permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dianggap perlu dibuat makalah yang berjudul “Interalisasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Keluarga sebagai Pilar Utama Ketahanan NasionalGuna menjawab tantangan membuat musabaqah makalah Al-Qur’an.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam keluarga sebagai pilar utama              ketahanan nasional?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui nilai-nilai agama Islam dalam keluarga sebagai pilar utama                      ketahanan nasional.






D.    Manfaat
Manfaaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Bagi Penulis: Memberi pengetahuan tentang internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam keluarga sebagai pilar utama ketahanan nasional berdasarkan kajian Al-Qur’an.
2.      Bagi Masyarakat : Memberi solusi alernatif tentang internalisasi nilai-nilai agama sebagai penguat keluarga dalam menopang ketahanan nasional berdasarkan kajian Al-Qur’an.
3.      Pemerintah : Menciptakan kesejahteraan nasional dari tingkatan terkecil (keluarga) hingga negara.




                   
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Landasan Teori Tentang Keluarga
Sudardja Adiwikarta dkk, berpendapat bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia (universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam system sosial yang lebih besar. Bentuk atau pola keluarga yaitu; keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dan keluarga luas (Extended family) adalah keanggotaanya tidak hanya meliputi ayah, ibu dan anak yang belum berkeluarga, tetapi juga termasuk kerabat lain yang biasanya tinggal dalam satu rumah tangga bersama (Yusuf, S, 2004).
Menurut Bens 6 keluarga memiliki lima fungsi dasar, yaitu;
  1.  Reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada di dalam masyarakat.
b.         Sosialisasi/edukasi. Keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari generasi sebelumnya ke generasi yang               lebih muda.
c.          Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para angotanya seperti ras,
etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender.
  1. Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan dan                jaminan kehidupan.
  2. Dukungan emosi/pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang
pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak.
Pola hubungan orang tua dan anak antara lain; Overprotection (terlalu melindungi), permissiveness (pembolehan), Rejection (penolakan), acceptance (penerimaan), domination (dominasi), submission (penyerahan), puntiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin).


Menurut Gunarsa (1999), Pengasuhan anak sesuai kelas sosial dan status ekonomi antara lain:
a. Kelas ke bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam “toilet training” dan selalu menggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah. Anak-anak dari kelas kebawah cenderung lebih agresif, independen, dan lebih awal dalam pengalaman seksual.
b. Kelas menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orangtua. Para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya, dan menerapkan control yang lebih halus. Mereka mempunyai ambisi untuk meraih status yang lebih tinggi, dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan atau latihan professional.
c. Kelas atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya 
Terwujudnya fungsi keluarga akan membuat ketahanan keluarga juga terbentuk kuat.  Ketahanan keluarga yang didefinisikan sebagai Kondisi dinamik sebuah keluarga  yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin akan dapat terbentuk ketika semua fungsi keluarga dapat berjalan.

B.     Landasan Teori Tentang Ketahanan Nasional
1.      Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahan , kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
Rumusan Ketahanan Nasional sebagai suatu pengertian baku, sempat diperlukan dalam menghadapi dinamika perkembangan dunia dari masa untuk dapat dipakai sebagai dasar atau titik tolak untuk implementasinya/penerapannya, sehingga rumusan Ketahan Nasional harusmempunyai pengertian baku agar semua warga negara mengerti serta memahaminya. Adapunpengertian baku yang diperlukan adalah
“Ketahanan Nasional (TANNAS) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan Nasional yang terintergrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemauan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negaraserta perjuangan mencapai tujuan Nasionalnya” (Ghafar, 2018).
Dalam pengertian tersebut, Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan. Suatu kondisi kehidupan yang dibina secara dini dan terus-menerus dansinergik, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional. Proses berkelanjutanuntuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa suatukonsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasigeografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia
Ketahanan Nasional (TANNAS) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Ketahanan nasional  berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
2. Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
Ketahanan Nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang terkandung dalamlandasan dan asas-asasnya yaitu:
a.       Mandiri
Ketahanan Nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengankeuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu padaidentitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian (independent) ini merupakan prasyaratuntuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global (interdependent).
b.      Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkatkan ataupun menuruntergantung pada situasi dan kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat danpengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasaberubah pula. Oleh karena itu upaya peningkatan Ketahanan Nasional pencapaian kondisikehidupan Nasional yang lebih baik.
c.       Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara berlanjut danberkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa yang dapat menjadifaktor yang diperhatikan pihak lain. Makin tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia, makintinggi pula nilai kewibawaan nasional yang berarti makin tinggi pula kewibawaan yang berartimakin tinggi tingkat daya tangkal yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia
d.      Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional mengutamakan pada sikap konsultatif dan kerjasama .serta saling menghargai dengan menganalkan pada kekuatan moral dan kepribadianbangsa.Pengaruh Aspaek Ketahanan Nasional pada Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan Ketahanan Nasional yang mencangkup aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga Ketahanan Nasional adalah kondisi yang harus dmiliki dala semua aspek kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara dala wadah NKRI yang dilandasi oleh landasan idiilpancasila, landasan konstitusional UUD 1945,dan landasan visional        Wawasan Nusantara.

C.    Pembahasan Internalisasi Nilai Agama Islam dalam Keluarga sebagai Pilar Ketahanan Nasional
Thomas Lickona (1992) mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda yang menunjukkan akan kehancuran suatu bangsa sebagai akibat rapuhnya ketahanan keluarga, yaitu : 1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, 3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6) menurunnya etos kerja, 7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, 9) membudayanya ketidakjujuran dan 10) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama. Sepuluh tanda-tanda tersebut telah ditemukan pada remaja dan pemuda Indosesia saat ini dan berpenggaruh terhadap rapuhnya ketahanan nasional
Berdasarkan hal tersebut diatas, rekonstruksi pondasi ketahanan nasional melalui perwujudan ketahanan keluarga sangat penting dilakukan. Ketahanan keluarga dapat dicapai bila mampu memenuhi lima aspek, antara lain sebagai berikut:
Pertama, Internalisasi nilai-nilai agama akan mampu membentengi anggota keluarga dari perilaku hedonis/materialistis dan bahkan ideologi radikal. Orang tua menjalankan fungsi sosialisasi berdasarkan nilai-nilai keagamaan. Bila anak sudah memiliki pondasi nilai-nilai agama yang kuat, maka ia tidak akan mudah terpengaruh oleh nilai-nilai menyimpang yang datang akibat teknologi dan globalisasi.
Dalam perspektif Islam memandang keluarga sebagai tumpuan utama dan pertama dalam mempersiapkan generasi penerus peradaban. Setiap keluarga berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya dengan landasan keimanan dan ketaqwaan, serta kepatuhan dalam menjalankan nilai-nilai ajaran agama-nya. Allah berfirman dalam QS At Tahrim: 6.
Hasil gambar untuk at tahrim ayat 6





"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan"                        (QS Attahriim:6)
Kedua, Kemandirian Ekonomi baik dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam Islam, seorang ayah berkewajiban untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarganya, sebab nafkah yang haram bisa memberikan dampak yang negatif bagi anak.
Ketiga, Kepekaan Sosial yang tinggi. Berlandaskan ketaqwaan kepada Allah, pembentukan karakter yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan mudah dilakukan. Dimulai dengan melatih sikap santun pada orang lain, suka menolong, sangat perhatian terhadap masalah-masalah sosial, memperhatikan dan menghargai hak sesama, mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati, dan seterusnya.
Keempat, Ketangguhan Menghadapi konflik. Menurut Gillin, konflik adalah bagian dari proses interaksi sosial manusia yang saling berlawanan. Artinya, konflik adalah bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan baik fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku. Atau dengan kata lain konflik adalah salah satu proses interaksi sosial yang bersifat disosiatif. Keluarga yang mampu menghadapi konflik (melakukan menajemen konflik) akan menjadi keluarga yang tangguh.
Kelima, Kemampuan Menyelesaikan Masalah. Bila terjadi masalah dalam keluarga maka yang seharusnya dilakukan adalah menghadapinya. Keluarga yang sarat dengan nilai-nilai agama harus meyakini bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Masalah yang menimpa keluarga tidak boleh dihadapi dengan sikap putus asa, sebab putus asa termasuk dalam perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhan (Imanulhaq, 2017).
Menurut Elfata (2016), Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan dengan nilai-nilai agama Islam yang kuat. Oleh karena itu ada beberapa nilai-nilai agama yang sangat penting untuk diberikan orang tua, diantaranya:
1.      Pendidikan Akidah
Pendidikan Islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan akidah islamiyah, dimana akidah itu merupakan inti dari dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
Hasil gambar untuk al luqman 13




“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya: ‘Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Alloh benar-benar merupakan kedlaliman yang besar’,” (Q.S. Luqman:13).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa akidah harus ditanamkan kepada anak yang merupakan dasar pedoman hidup seorang muslim, sehingga generasi Islam yakin hanya Allah satu-satunya Tuhan jangan sampai disekutukan dengan sesuatu yang duniawi..
2.      Pendidikan Ibadah
Hasil gambar untuk al luqman 17Aspek pendidikan ibadah ini khususnya pendidikan shalat disebutkan dalam firman Allah:


 ‘’Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Alloh,’’(QS. Luqman:17).

Pendidikan dan pengajaran Al Qur’an serta pokok-pokok ajaran islam yang lain telah disebutkan dalam Hadis yang artinya: ’’Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan kemudian mengajarkannya,’’ (HR. Bukhari dan Muslim).
Penanaman pendidikan ini harus disertai contoh konkret yang masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional. Dengan demikian anak sedini mungkin sudah harus diajarkan mengenai baca dan tulis kelak menjadi generasi Qur’ani yang tangguh dalam menghadapi zaman.
3.      Pendidikan Akhlakul Karimah
Hasil gambar untuk al luqman 19Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya, dan pendidikan akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada anak-anknya dalam keluarga, sebagai firman Alloh yang berbunyi:




“Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu dan sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar,”( QS.Luqman:19 )

Dari ayat ini telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan pendidikan keluarga dalam islam adalah pendidikan akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.
Aqidah yang lurus, Ibadah yang benar dan pekerti yang luhur, adalah komponen dasar membangun generasi penuh berkah, generasi madaniy yang kelak dewasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, teguh dalam kebenaran dan tak gentar dalam menentang kebathilan. Umar bin Khatab, seorang bijak yang hidup di abad ke 7 masehi, memberikan pernyataan yang sangat terkenal: “Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu.” Suatu pernyataan yang seolah sangat sederhana, tetapi memiliki aplikasi yang cukup rumit di dalam pelaksanaannya. Jangankan kita membandingkan dengan kondisi sekitar 14 abad yang lampau, dengan 40-50 tahun yang lampau saja dengan kondisi di Indonesia saat ini, tantangan di dalam membesarkan dan mendidik anak-anak sangatlah berbeda  (Elfata, 2016).
Dengan demikian, Islam adalah satu-satunya agama sekaligus sebuah pandangan hidup yang unik. Selain memiliki serangkaian tatanan ibadah, Islam juga memiliki solusi-solusi jitu dalam menyelesaikan segala permasalahannya. Perangkatnya begitu lengkap mulai dari mengurusi masalah akidah dan ibadah, kehidupan rumah tangga, bertetangga, berekonomi, berpolitik, penyelenggaraan negara, militer, pendidikan, politik luar negri termasuk pengaturan pergaulan laki-laki dan perempuan dalam sistem sosial.
Dalam islam keluarga merupakan tumpuan yang utama dan pertama dalam mempersiapkan generasi penerus peradaban. Setiap individu yang berkeluarga pasti mendambakan keluarga yang sakinah. Keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu memberikan ketenangan, ketentraman dan kesejukan yang dilandasi oleh iman dan taqwa, serta dapat menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya. 
Jika aspek-aspek  diatas dapat dipenuhi, niscaya ketahanan keluarga akan tercapai. Ketahanan keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan masyarakat dan Negara (ketahanan nasional). Tidak dapat dipungkiri, kasus-kasus yang menimpa keluarga seperti perceraian, kekerasan terhadap anak, carut-marut pendidikan (putus sekolah), kejahatan seksual, pencemaran lingkungan, dan masih banyak lagi masalah lainnya terjadi karena kesalahan keluarga dalam menjalankan fungsi. Kurangnya kasih sayang keluarga menyebabkan anak-anak tumbuh tanpa pengawasan, bahkan pembiaran dari orangtua. 
Setiap keluarga muslim berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya masing-masing. Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman ! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan      (at-Tahrim : 6).
Selain itu melalui internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam keluarga, untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional diperlukan kesadaran setiap warga Negara Indonesia, yaitu :
1.      Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk Perjuangan Non Fisik yang berupakeuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal menyerah yang mengandung kemampuanmengembangkan kekuatan nsional dlam rngka menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatandan gangguan baik yang atang dari luar maupun dari dalam, untuk mejamin identitas integritas,kelangsngan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
2.      Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi, politik,ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan, sehingga setiap warga negara indonesiabaik secara individu maupun kelompok dapat mengeliminir pengaruh tersebut, karena bangsaindonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan. Hal tersebut tercermin akan ada nyakesadaran Bela Negara dan cinta tanah air.Apabila setiap warganegara indonesia memiliki semangat peruangan bangsa dan sadrpeduli terhadap pengarh yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dapatmengeliminir pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan tercermin keberhasilan KetahananNasional Indonesia. Untuk eujudkan Ketahanan Nasional dperlukan suatu kebijakan umum danpengabil kebijakan yang disebut Politik dan Straregi Nasional (Polstrnas).



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan hasil uraian pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia (universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang (terbentuk) dalam system sosial yang lebih besar.
2.      Ketahanan Nasional (TANNAS) Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan Nasional, berisi keuletan dan ketangguhan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam.
3.      Internalisasi nilai-nilai agama Islam sebagai pilar utama ketahanan nasional meliputi penanaman orangtua terhadap pendidikan akidah, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlakul karimah kepada anak. Jika ketahanan keluarga tangguh, maka akan akan terwujud ketahanan nasional.

B.     Saran
Setelah mengetahui pentingnya internalisasi nilai-nilai agama dalam keluarga sebagai pilar ketahanan nasional, maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:
1.      Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan membawa perubahan kepada masyarakat tentang internalisasi nilai-nilai agama dalm keluarga sebagai pilar terwujudnya ketahanan nasional.
2.      Keluarga dan Pemerinah diharapkan bisa bekerjasama demi mewujudkan ketahanan nasional melalui penanaman nilai-nilai agama khususnya Islam.



DAFTAR PUSTAKA

Elfata, Azma Ulya. 2016. Penguatan Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak di Era Digital. http://www.dakwatuna.com. Diakses tanggal 20 Februari 2018 pukul 09.30 WIT
Ghafar,Alfan. 2018. BAB III Ketahanan Nasional.  https://www.scribd.com. Diakses tanggal 02 Maret 2018 pukul 12.15 WIT

Imanulhaq, Maman. 2017. Menanamkan Nilai-Nilai Agama,Mewujudkan Ketahanan Keluarga. http://www.kompasiana.com. Diakses tanggal 02 Maret 2018 pukul 12.15 WIT

Lickona T. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsbility. New York : Bantam Books.
Taufiqurrahman. 2016. Ketahanan Keluarga Pilar Utama Ketahanan Nasional. http://www. sultrakini.com. diakses tanggal 20 Februati 2018                            pukul 09.30 WIT
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja Rosdakarya