Sebyar Rejosari, 30 Juli 2013
Powerpoint adalah salah satu aplikasi dalam microsoft office komputer atau notebook kita dan semua pasti pernah tahu bagaimana mengoperasikan dan telah mengetahui aplikasinya. Powerpoint berguna untuk memudahkan presentasi suatu materi dan berisi point-point penting sehingga audience mudah untuk menerima informasi. Penyampaian materi tergantung keefektifan penggunaan bahasa dan kreatifitas membuat powerpoint itu sehingga membawa perubahan lebih baik bagi pendengar dan pembaca. Semakin kreatif dan efektif bahasa yang digunakan pemateri, semakin membangkitkan semangat pendengar, dan sebaliknya semakin powertext pemateri dalam menyampaikan, semakin menjenuhkan pendengar. Kunci sukses seorang pembicara selain pandai mengolah komunikasi visual juga tergantung powerpoint yang bersifat audio bahkan harus bisa menggabungkan audiovisual, ibarat jargon dan yel yang bisa membius dan membangkitkan motivasi bagi pendengarnya. Powerpoint adalah pemegang kendali suksesnya suatu presentasi menurut saya.
Berawal dari membantu suami merevisi powerpoint untuk presentasi menjadi trainer dalam acara Pesantren Kilat, awalnya malas karena sudah hampir empat tahun aku tidak menggelutinya dan hampir lupa-lupa ingat. “Ini kesempatan supaya ilmunya bermanfaat”, kata suamiku, akhirnya mulailah aku memperbaharui tampilan dan kata-kata dalam powerpoint yang telah dibuat oleh suamiku, kami memang sejak kuliah saling bekerjasama dan berdiskusi sebelum melakukan presentasi, baik presentasi tugas kuliah maupun lomba
karya tulis ilmiah.
Berbicara tentang powerpoint saya jadi teringat pengalaman pertama di tahun 2007 ketika mengikuti presentasi Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM), lomba ini perdana saya ikuti tanpa pengalaman sedikitpun tentang presentasi dan menulis ilmiah. Ketika tim kami konsultasi tentang powerpoint yang kami buat, Dosen kami langsung mengatakan “ini powerpoint atau powertext? Mengapa tulisannya kecil-kecil dan kata-katanya berhimitan tidak karuan? Namanya saja powepoint berarti hanya point-point saja yang dicantumkan, selebihnya adalah wawasan dan pemahaman kalian, kalau seperti ini juri akan kesulitan dan tidak peduli dengan apa yang kalian sampaikan, ingat aspek penting dalam lomba karya ilmiah selain ide kretif dan pengembangannya adalah performance dan tampilan powerpoint, ” tuturnya dengan tegas.
Kami akhirnya memahami dan mulai memperbaiki kembali dari awal, kami belajar kepada teman atau kakak tingkat yang sudah banyak pengalaman dibidang karya ilmiah, lama kelamaan kami terbiasa membuat dan semakin mengerti trik-trik membuat powerpoint yang baik. Powerpoint yang baik tidak hanya dilihat dari background yang terlalu ramai dan berwarna-warni, namun kekontrasan bentuk tulisan, ukuran tulisan, costum animation, pemilihan autoshapes yang tepat, data serta gambar pendukung yang tajam juga menjadi aspek penilaian penting dalam presentasi karya ilmiah, setelah itu baru selera juri untuk melakukan penilaian secara subjektif. Mengutip status teman yang telah lama berada di Negeri Sakura “Ganbareba Dekiru (Jika Berusaha Pasti Bisa)”.
Kisah tentang powerpoint di atas dapat kita hubungkan dengan dua hal: pertama, lidah manusia ketika berucap, hendaklah kita berbicara dengan cara yang baik dan berkata perkataan yang baik dan bermanfaat atau jika sulit maka lebih baik diam, seperti yang tersurat dalm sebuah hadist “Qul Khairan Auw Liyasmud (Berkatalah yang baik atau lebih baik diam)”. Lidah itu setajam pedang yang bisa mengiris-iris hati orang lain jiga kita tidak berfikir dulu point atau hal penting apa yang perlu dibicarakan, gurauan yang berlebihan yang biasanya berisi banyak hal tidak penting (powertext) dapat memicu permasalahan sosial juga. Semakin banyak berbicara akan menambah dosa kita apalagi pembicaraan itu tidak bermanfaat, bisa jadi perkataan yang menurut kita baik dan benar tapi menurut orang lain tidak, oleh sebab itu kita harus senantiasa berhati-hati dalam bersosialisasi kepada masyarakat terutama dalam hal berbicara, pemilihan kata yang positif dan tidak menyinggung perasaan. Peribahasa mengatakan “Luka fisik bisa diobati namun luka hati terbawa mati” .
Kedua, powerpoint juga bisa diibaratkan sebuah mantra, jargon penyemangat bagi kita terutama powerpoint berbasis audiovisual. Coba saja ketika kita melihat powerpoint yang penuh dengan tulisan kecil-keci seperti semut yang sedang rapat pasti kita tidak bersemangat dalam beraktivias setelahnya, namun jika powerpoint disisipi gambar dan cuplikan video dengan warna yang kontras pasti memberikan semangat tersendiri. Kata-kata yang tegas, jelas dan lugas dalam bahasa powerpoint akan mensugesti diri kita untuk berfikir, berucap, dan bersikap sesuai dengan rekaman tampilan yang telah dilihat. Marilah kita senantiasa mengingatkan dan memperbaiki diri kita dalam segala hal agar menjadi insan yang shaleh.
Thanks to my husband that give me new inspiration.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar