Oleh: Zaqia Nur Fajarini, S.Pd
Kebaikan begitu berlimpah disekitar kita, Sang Khaliq telah memaksimalkan porsi kebaikan alam di bumi ini. Kesyukuran atas segala nikmat seharusnya menjadi timbal balik para hamba kepadaNYA, kelestarian dan limpahan hasil Sumber Daya Alam wajib dimanfaatkan dengan baik sebagai wujud rasa terimakasih, bukan malah keserakahan yang hanya bisa sedikit demi sedikit menghanyutkan dan menghancurkan bumi ini di masa anak cucu kita nanti atau mungkin karena keberlimpahan alam menjadikan kita terlena dan termanjakan, lupa akan tugas utama manusia sebagai Khalifah di bumi ini supaya tidak terjadi kerusakan, dampaknnya kurangnya keinginan untuk melejitkan potensi alam yang telah diberikan dari kebaikan alam walaupun dalam keterbatasan logistik.
Keputusan untuk mengabdi disini adalah suatu pilihan dalam kegalauan hati karena mengikuti suami, namun seiring berjalannya waktu kegalauan berganti menjadi sebuah keyakinan untuk melakukan perubahan terhadap pendidikan di pedalaman Papua Barat ini. Garis takdir telah menentukan dimana kita memijakkan kaki untuk pengabdian mulia. Ya, saya adalah salah satu guru kontrak sebuah yayasan Islam yang bekerjasama dengan perusahaan BP (British Petrolium) LNG (Liquid Natural Gas) Tangguh Teluk Bintuni dan ditempatkan di sebuah kampung bernama Sebyar Rejosari, kampung di atas air kali Distrik Tomu.
Kekayaan alam disini sungguh melimpah terutama kekayaan di lautan, baik flora maupun fauna masing-masing memberikan sumbangsih terhadap keseimbangan ekosistem, bahkan negara asing sampai rela meberikan kompensasi di bidang pendidikan untuk membantu mencerdaskan putra bangsa di Tomu karena kekayaan gas alam. Pulau terbesar di belahan bumi Timur Indonesia ini memang bukan menjadi prioritas bagi Pemerintah, padahal Sumber Daya Alam tidak ada habis-habisnya memberikan kepuasan bagi penduduk Indonesia khususnya Papua, jika sedikit saja mendapat sentuhan positif dari tangan-tangan Pemerintah, maka Papua akan makmur dan mampu bersaing dengan daerah lain. Namun banyaknya potensi daerah belum diimbangi dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Pendidikan yang masih rendah inilah menjadi salah satu faktor rendahnya mutu generasi pedalaman selain kemiskinan yang semakin menenggelamkan rakyat dalam keterpurukan. Pertama mengajar di sekolah sini, ada hal positif dan negatif yang bisa saya ambil. Hal negatif yang saya ketahui adalah minimnya motivasi para peserta didik untuk menuntut ilmu. Banyak faktor yang menyebabkan, salah satunya globalisasi mulai masuk ke pedalaman, alat komunikasi canggih dan internet mudah diakses, alat elektronik mudah diperoleh dengan berbagai aplikasi hiburan dan minimnya dukungan serta bimbingan orangtua di rumah untuk membimbing anaknya belajar karena mereka menganggap masalah anaknya 100% tanggungjawab guru padahal 20 jam para siswa berada di lingkungan rumah, selain itu seringnya orangtua mengajak anaknya untuk mencari uang dan tidak ada pilihan lain mereka harus membantu orangtua mencari uang demi menyambung hidup.
Hal positif yang bisa diambil adalah seluruh pendidikan di Kabupaten Teluk Bintuni hingga kampung-kampung seluruhnya gratis, bahkan para siswa mendapat uang saku, seragam sekolah dari atas hingga bawah, perlengkapan sekolah lainnya. Senang mendengarnya, tapi miris merasakannya ketika kebaikan tersebut tidak diimbangi dengan ikhtiar dan motivasi yang tinggi agar ikhlas menerima ilmu demi masa depan mereka. Semangat besar hanya ketika pembagian kelengkapan sekolah, namun setelah itu lemahlah motivasi mereka untuk belajar, bahkan dukungan dari orangtuapun sedikit. Tidak ada yang perlu disalahkan terhadap fenomena ini, hanya perlu instrospeksi berbagai pihak untuk meninjau kembali kebijakan yang sangat baik namun membekukan motivasi generasi muda ini, selain itu perlu dukungan dari pihak sekolah, orangtua, dan masyarakat untuk menyempurnakan jalannya kebijakan tersebut, karena sesuatu yang baik belum tentu benar tergantung bagaimana pengaturannya.
Alangkah baiknya jika sebagian dana dialokasikan untuk kelengkapan buku paket bagi guru dan murid, karena buku pegangan guru sudah lama dan jumlahnya terbatas sampai terkadang siswa bertengkar hanya karena berebut buku paket yang sudah terobek-robek hingga tipis, pastilah sangat bermanfaat bagi para siswa dan semoga menjadi motivasi baru terutama untuk belajar membaca dan menulis hingga lancar, sehingga kebaikan dapat meningkatkan motivasi belajar lebih baik lagi, Amin. Mari bersemangat untuk mengharumkan Indonesia melalui pencerdasan anak Papua, menyatukan tujuan dalam hati untuk cinta kepada Papua dan kekayaan alam serta budayanya yang unik.
Rumah Panggungku, 02 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar