Fenomena yang sering kita temukan saat bulan Ramadhan adalah berbondong-bondong meningkatkan ibadah terutama shalat sunnah Qiyamur Ramadhan (Tarawih). namun terkadang kita mengabaikan kenyamanan dan ketenangang ibadah orang lain, misalnya demi mengejar pahala, kita mengajak anak yang masih Balita atau bahkan Batita untuk ikut shalat berjama'ah di mushola atau masjid. akibatnya suasana ibadah jadi gaduh karena keaktifan anak-anak tersebut.
Mereka bercanda mulai dari bicara dengan teman, menarik mukenah mamanya, menaiki punggung, lari-lari sambil teriak, bahkan yang patut diperhatikan ketika ada anak kecil yang mengolok-olok mukenah ibu-ibu dengan sebutan pocong. jika dibiarkan, bercanda yang berlebihan akan menjadi kebiasaan mereka hingga dewasa nanti, sehingga tidak sedikit pertengkaran, kebencian, dan kesalahpahaman timbul dari bercanda.
Mengapa tidak boleh bercanda berlebihan hingga menakuti dan menyakiti orang lain? karena menurut Orang Arab "belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas batu", jadi ketika ada informasi atau pesan yang disampaikan kepada anak-anak usia dini akan terbawa sampai dewasa. di Usia emas mereka, pesan dan tindakan yang ada disekitarnya cepat diserap dan ditiru, daya ingat yang tinggi memudahkan mereka untuk mempelajari.
Jika sudah memahami bahaya bercanda kelewatan dan dilakukan anak-anak, Bagaimana cara taubatnya atau memperbaikinya? sebagai orangtua hendaknya mengetahui dan menasehati bahwa tindakan tersebut merugikan orang lain, dibutuhkan peran orangtua dan orang dewasa disekitarnya untuk mengajarkan anak-anak tentang batas-batas bercanda, menjadi tauladan bagi anak-anaknya, dan memberikan rejeki yang barakah untuk anak dari hasil yang halal.
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Seperti hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku belum pernah melihat Rasullullah tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar