Bulan Ramadhan hampir
berakhir dan tandanya sebentar lagi Lebaran, sudah menjadi kebiasaan Tya
sekeluarga untuk mudik ke rumah nenek. Neneknya berada di dua daerah berbeda,
keluarga dari Mamanya di Mojokerto dan keluarga dari Ayahnya di Bali. Tahun ini
Tya mudik ke Bali terlebih dahulu karena tahun sebelumnya di Mojokerto.
Tya sangat senang dan
itu terlihat dari tingkahnya selama perjalanan, di sepanjang jalan Dia
menyanyikan lagu “Lebaran Sebentar lagi”, karena Ayah dan Mamanya akan
memberikan kejutan kalau puasa Tya sebulan penuh meskipun masih berumur 7
tahun. Hehe. Biasa anak-anak kan butuh pemicu semangat jadi orangtua harus
menyiapkan modalnya gitu.
Kurang lebih 11 jam
perjalanan Malang-Bali ditempuh Keluarga Pak Yudha karena jalannya masih
lengang dan tidak terlalu macet. Nenek dan Kakek menyambut kedatangan Tya
dengan senyum bahagia. “Alhamdulillah, rumah Mbah ramai sekali karena anak dan
cucu bisa berkumpul tahun ini J,
tutur Nenek.” Dan kami membalas dengan tawa riang bersambung pelukan hangat.
“Tya puasanya kuat
Nduk? Tanya kakek.” “Alhamulillah lancar kek soalnya berangkatnya setelah
berbuka puasa dan sekarang pas sahur nyampai sini, Ayah pintar deh perhitungan
waktunya. Hihi.”
“hmm, tapi biasa Nek
ada plus-plusnya tuch puasa penuh ujung-ujungnya dompet harus berisi tebal dan
baju ala miss matching dari ujung
rambut hingga ujung kaki saat lebaran. Ingat kakak naitnya tetap harus karena
Allah lho, nanti berkurang pahalanya, sindir Mama Tya sambil kedipin mata
genitnya dan mencomol pipi Tya disambut bibir manyun Tya hingga akhirnya
suasana hangat tercipta dalam ruangan 2 x 1 meter tersebut. Suasana yang jarang
tercipta.”
“Oh iya, kebetulan
kalian sudah kumpul. Besok nenek berencana membuat kue nastar, semprit mawar,
dan semprit cokelat, jadi semakin banyak pasukan semakin banyak hasilnya, betul
tidak Tya? Rajuk nenek.”
“hmm, betul nek kalau
tidak salah ada pepatah mengatakan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
dan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” yang artinya pekerjaan kalau
diselesaikan dengan gotong-royong pasti terasa ringan.
“Wah, cucu kakek memang
pandai, pasti juara I ya di sekolahnya? Puji kakek sambil mengacungkan dua
jempolnya. Tya senyam-senyum sambil mengembang kempiskan hidungnya tanda malu.”
Pagi-pagi setelah makan
sahur dan melakukan aktivitas ibadah, Tya bersemangat menunggu di dapur untuk
membantu membuat kue meskipun dia belum pernah melakukan dan tidak tahu apa
yang bisa dia lakukan untuk membantu, takutnya malah merusak, hmmm.
Di meja telah tersedia bahan-bahan,
diantaranya: tepung terigu, telur, tepung maizena, gula, mentega, susu, dan
selai nanas sebagai isinya. Alat-alatnya juga sudah tersedia timbangan kue, mixer, oven, tempat adonan, dan loyang.
Mata Tya bling bling dan tangan terasa gatal ingin segera mempraktekkan.
“Nenek, kapan kita
mulai membuat kue? Tangan Tya sudah gatal ingin segera memakannya, eh salah
membuatnya, Tya terkekeh.”
“Iya, sekarang kita
akan segera memulai. Pertama kali tentunya membuat adonan dari campuran semua
bahan kecuali selai, kemudian di mixer hingga
halus dan lembut, dicampurkan terigu lagi, kemudian dibentuk bulat-bulat dengan
isi selai, terakhir di olesi kuning telur dan mentega supaya terlihat mengkilat
dan halus, papar nenek.”
“Tahu tidak Tya, membuat kue itu memerlukan
konsentrasi, latihan, dan takaran yang pas, tentunya diikuti perasaan senang.
Karena kalau kita membuat kue dalam keadaan marah, pasti kuenya gagal. Sama
dengan ketika kita sekolah. Jika kita melakukan dengan senang hati dan ikhlas,
pasti pelajaran mudah diterima. Sekolah juga membutuhkan konsentrasi, banyak
latihan atau belajar, serta seimbang antara ilmu dunia dan akhirat agar otak
kita terbiasa dengan pngetahuan yang bermanfaat bagi masa depan, tutur nenek
dengan semangat perjuangan sambil menerawang masa kecil beliau yang jauh dari
kata sekolah di zaman awal kemerdekaan Indonesia.”
Plok….plok….plok… Tya tebuk
tangan tanda bangga dengan petuah nenek yang memang sangat bermanfaat. “Nek,
Tya boleh membantu mencetak kuenya? Karena menurut Tya yang mudah
mencetak…hehe..”
“Boleh, Tya mau bentuk
apa? Ada bentuk Hello Kitty, hati,
buah stroberi, dan bola.”
“Tya mau membuat bentuk
hati saja nek, ingin Tya persembahkan special untuk orang yang Tya sayangi
Karena pengorbanan dan kasih sayangya, Mama, Ayah, Kakek, dan nenek, terutama
untuk MamaJ, pinta Tya
dengan mengangkat beberapa cetakan berbentuk hati.
Tya mengepal adonan dan
menekan bagian tengah untuk diselipi selai nanas, kemudian dimasukkan cetakan.
Percobaan pertama dan kedua gagal, belepotan, dan selainya tidak tepat di
tengah. Namun setelah diberi tahu caranya dan melakukan dengan sabar, kue
nastar hati Tya berhasil. Selanjutnya kue damasukkan oven sampai matang.
Kue-kue nastar
berbentuk hati tersebut laris manis dimakan anggota keluarga, semua gembira
dengan hasil karya Tya meskipun belum rapi tapi semangat dan usahanya patut
diacungi jempol. Selain itu membuat kue juga melatih motorik serta konsentrasi
anak, semua saying Tya J