Acc Setelah Dibina |
“Buku adalah Jendela
Ilmu”, ungkapan tersebut sepertinya sudah menjadi tulisan tanpa makna bagi
sebagian besar peserta didik di Indonesia. Dilansir dari tirto.id (11/8/17), presenter Najwa Shihab membandingkan minat baca masyarakat Eropa atau Amerika
khususnya anak-anak yang dalam setahun bisa membaca hingga 25-27 persen buku,
sedangkan Indonesia hanya 0,01 persen pertahunnya.
Menumbuhkan minat baca
peserta didik menjadi tantangan tersendiri bagi guru zaman now terkait
perkembangan teknologi digital yang semakin maju, dampaknya para peserta didik
lebih suka membaca status di sosmed, menonton video dengan tema bebas, hingga
kecanduan game online. Buku, koran, dan majalah tesisihkan oleh tulisan yang
bersifat online hingga akhlakpun tergeser oleh fenomena tingkah laku aktor dan
aktris dari tayangan televisi yag kurang mendidik.
Saat ini kemendikbud
mengadakan program GLS (Gerakan Literasi Sekolah) yang mengharapkan ada
kegiatan membaca buku di awal pembelajaran selama 15 menit, kemudian peserta
didik menuliskan inti dari apa yang telah dibaca atau memberikan komentar.
Namun program ini belum bisa berjalan di sekolah kami karena terkendala
inventaris jumlah buku yang ada di Perpustakaan terlebih lagi buku yang bergenre
novel, cerpen maupun pengembangan diri, bahkan buku pelajaran masih stok lama.
Saya ingin sekali
menggalakkan Sabu-Sabu. Mungkin
banyak yang penasaran apa itu sabu-sabu? Sabu-sabu
memiliki makna satu bulan satu buku.
Maksudnya adalah dalam waktu satu bulan, peserta didik diberikan tugas untuk
membaca satu buku dengan genre bebas selama satu bulan, kemudian menuliskan
kembali dalam bentuk resensi atau ulasan.
Tahun ini saya diberi
kesempatan mengajar Bahasa Indonesia kelas VIII meskipun satu kelas, saya tidak
menolak, dan saya tetap bersyukur karena
ini tantangan buat saya untuk mempelajarinya dan bagaimana cara mengajarkannya
kepada pserta didik saya agar difahami. Semester II ini ada materi tentang teks
ulasan atau resensi. Menurut saya sangat tepat untuk menerapkan sabu-sabu di kelas.
Tentunya tidak mudah
karena sebagian besar peserta didik tidak memiliki buku, wah ini hambatan
pertama yang saya alami. Kemudian saya tawarkan mereka untuk meminjam novel
dari teman, jika mendesak tidak ada, maka saya memberikan pinjaman buku novel.
Sebelum mereka mempraktekkan membuat teks ulasan tentunya saya memberikan teori
dan konsep yang ada, memberitahukan tata bahasa dalam penulisan teks ulasan
sehingga saya juga bisa belajar untuk memperbaiki teks ulasan yang pernah saya
buat sebelumnya.
Kegiatan ini tentu
tidak berjalan mulus karena mereka kebinggungan membuat bagian orientasi atau paragraf pembuka, sedangkan tafsiran, evaluasi,
dan rangkuman dari buku yang mereka baca sehingga secara bertahap bisa difahami
secara perlahan. Tentunya dalam pembuatan teks ulasan ini mereka tidak langsung
selesai dalam menuliskannya. Setiap seminggu dua kali sebelum melanjutkan
materi selanjutnya, saya membaca karya mereka dan mengamati kelebihan dan
kekurangannya sehingga menjadi teks ulasan yang sesuai aturan. Saya pantau mana
siswa lancar maupun kesulitan dalam mengulas suatu buku yang mereka baca.
Dengan begitu, mereka
akan berinisiatif untuk meminjam buku dan membacanya, setelah itu diulas supaya
lebih memahami isinya dan bisa dijadikan referensi bagi orang lain yang ingin
membaca buku serupa. Hingga waktu dua minggu berjalan sudah ada sepuluh siswa
yang menyelesaikan resensisya. Hasilnya memang belum sebagus reviewer
professional namun usaha mereka yang patut dihargai. Saya yakin jika sabu-sabu bisa diterapkan secara bertahap dengan
pemberian reward yang sesuai, serta
kerjasama dari seluruh jajaran sekolah, ke depannya buku bisa lebih dicintai.
Penugasan membuat
teks ulasan ini selain menumbuhkan minat
baca peserta didik, juga sebagai bagian dari pembelajaran literasi untuk tingkat
Sekolah Menengah Pertama, sehingga memberikan dampak signifikan bagi
pembelajaran di kelas.
Cpoersurya, Kamis 01 Februari 2018 |
Catatan: Tulisan ini dimuat di Citizen Reporter Edisi Hari Kamis, 01 Februari 2018 dan surabaya.tribunnews.com
2 komentar:
Hi, I want to work with you in the health sector
Obat batu ginjal
Hi Inma Maulana, how about health sector?
Posting Komentar