Hidup itu pilihan, entah itu baik ataupun tidak, tentunya kedua pilihan tersebut memiliki resiko yang harus dijalani dengan ikhlas dan legowo. Siapapun pasti pernah mengalami saat-saat berat menentukan keputusan akan sebuah pilihan dengan resiko yang tidak ringan.
Pilihan ini mengingatkanku akan berbagai keputusan tepat yang telah diambil di masa lalu dengan #BeraniLebih menanggung resiko yang mampu membuat hari-hariku menjadi terbebani, serta dampak yang aku peroleh di masa kini. karena apalah kita saat ini kalau bukan wujud dari perjuangan masa lalu.
Ya, ada beberapa keputusan yang menurutku dan keluarga menjadi masalah yang sangat sentimentil pada saat itu, yaitu:
Pertama, memutuskan pindah Kampus setelah menjalani kuliah selama setahun. Bagi sebagian orang mungkin keputusan ini sederhana atau sepele, namun bagiku dan keluarga yang tidak kaya menjadi perdebatan panjang yang harus kutebus dengan pembuktian. Pasalnya, saat itu orangtuaku harus membiayai sekolah ketiga adikku dan menguliahkan aku serta kakakku. tidak usah dibayangkan beratnya beban yang ditanggung Ayahku sebagai PNS Guru SD dan Ibuku yang hanya sebagai pedagang gerabah, namun entahlah mengapa Aku yakin akan masa depanku di Kampus yang baru. kontra semakin bertambah karena Aku akan pindah dari Kampus Negeri idaman setiap Mahasiswa yang tembus SPMB menuju Kampus Swasta di Malang padahal sudah menjalani kuliah selama setahun, tentunya tidak sedikit pundi-pundi rupiah yang telah terpakai.
Sehingga karena keputusan tersebut, Aku harus #BeraniLebih mengambil resiko untuk membuktikan bahwa keputusan yang kuambil tidak keliru dengan cara menunjukkan berbagai prestasi yang menghasilkan uang dan beasiswa untuk meringankan beban kedua orangtuaku sehingga mereka tidak menyesal melainkan bangga dengan menyandingkan beliau di kursi Istimewa saat Aku lulus.
Juara Harapan I Mawapres Kopertis-VII Jatim |
Lulusan Terbaik FKIP |
Kedua, memutuskan menikah dan Hijrah ke Pedalaman Papua Barat. Menikah membuat kehidupan beragama menjadi sempurna dan Istri hendaknya mengikuti ke mana langkah suami mengais rejeki. Alhamdulillah saat itu kami diterima menjadi guru Kontrak di Daerah yang sama namun berbeda Sekolah. pada awalnya sudah diberi gambaran oleh suami bahwa kehidupan di sana sangat jauh dari perkotaan, hanya bisa dilewati melalui jalur laut dan udara. Oleh sebab itu Aku harus #BeraniLebih menjalani resiko hidup di Kampung Rawa dengan nyala PLTD hanya 6 jam, susah air, susah sayur dan buah, tidak ada ATM, alat transportasi juga sedikit, serba mahal berlipat-lipat dari Jawa, demi menjalani bahtera rumah tangga yang Alhamdulillah telah dikaruniai seorang puteri cantik.
Berangkat Menuju Medan Ilmu-Papua Barat |
Setelah Upacara Hari Kemerdekaan |
Ketiga, Memutuskan berpisah untuk bersama kembali. Keputusan ini yang palinig berat, karena di saat kebahagiaan akan kehadiran anak pertama yang masih tumbuh pada usia emasnya tanpa kehadiran sang Ayah. Suami harus kembali ke Papua untuk melanjutkan kelangsungan hidup kami, dengan berbagai alasan Aku dan anak tidak bisa ikut bersama, namun untuk saat ini keputusan ini yang terbaik sehingga Aku harus #BeraniLebih menanggung resiko Gegana (Gelisah, Galau, Merana) dengan menabung do'a supaya kami bertiga dikuatkan dan disatukan kembali, Amin.
Mama dan Fafa |
Akun FB : Zaqia Dindanya Ifan
Twitter : @Mom_Fafa
4 komentar:
Ya begitulah hidup, kita harus berani lebih atau malah tertinggal.
Ya begitulah hidup, kita harus berani lebih atau malah tertinggal.
bener bnget..... karena seorang survivor dan orng sukses selalu #BeraniLebih ya..
bener bnget..... karena seorang survivor dan orng sukses selalu #BeraniLebih ya..
Posting Komentar